Selasa, 31 Agustus 2010

NOSTALGI DI MANIS

Sesudah enam tahun
di Manis berpaut hati
tapi pada siapa aku berkunjung?

Rinduku pada Manis amatlah berat
seperti sado Mang Ujang yang sepi
bilamana orang-orang tiada terpikat
Re, nostalgi bersamanya adalah mengingat
irama angin dan nyanyian srigala
antara rimbunan bambu di dua desa,
Jalaksana-Cilimus

Bawakan aku tabib segala sakit
beri aku penawar rindu akan ia;
Manis

Re,melihat segelas air
rasanya mendengar kecipak bening Cibulan
riang tawa dicanda seliwer ikan
atau bilamana hendak bersantap nasi
terbayang anganku sawah berbentang-bentang
berpagar Ciremai menjulang kokoh
sayup-sayup dari ujung ke ujung
padinya kuning bersolek
tergoda aku yang di dangau

Sungguh,
rinduku padanya amatlah tak ringan
seperti sado Mang Ujang yang sepi
bilamana orang-orang tiada terpikat































at 27 DECEMBER 2009
Oleh. Ratu N Amin

PAKU

Paku pun tertancap.Satu demi satu.
Entah,siapa menancapkan lebih dulu.
Kita memang berebut sasaran. Apa pasal?
Biar impas,mungkin.

Tapi kita lelah, malah bertanya.
"Siapa yang lebih dulu ?"
Nanar mata ini dibuatnya.
Hanya bisa memandangi paku-
paku itu.
Berserakan !
Tak hanya di tengah sasaran,
tapi juga hingga menepi.
Hendak dilepas, tapi pastilah
membekas.

Lantas ?


































at 2 January 2010
Oleh. Ratu N Amin

MALAIKAT UNTUKMU

Abid gundah. Perkataan-Nya tadi membuatnya terpaku di ambang dilema.Ia akan diutus ke dunia dalam waktu dekat ini. Ada sesuatu yang mengganjal, ragu. Membuatnya bertanya-tanya mengapa ia harus meninggalkan tempat nyaman yang kini ditinggali. Sangsi, mengapa ia yang ditunjuk. Ngeri Abid membayangkannya. Dunia yang dipenuhi tumpah darah, jalan yang dibuat berliku, belum lagi warnanya yang kelabu menyulitkan mata memandang wajah di sebalik topeng. Ingin ia menolaknya, tapi bagaimanalah caranya? Siapa pun di sini tak kuasa membantah apa yang DIA perintah. Takut? Tentu saja, tapi lebih kepada ketaatan dan rasa cinta yang teramat besar kepada-Nya. Karena DIA paling Penyayang dari yang penyayang, paling Pemurah dari yang pemurah. Dan..kata-kata itu terus membayang.

"Abid, persiapkan dirimu untuk Ku-turunkan ke sana"
"..Tidakkah ada yang lebih siap daripadaku, Yang Mulia?",lirih sura Abid. DIA tersenyum.
"Tidakkah kau mengimani-Ku yang akan menjagamu siang dan malam?"
"Tapi Yang Mulia, bukankah mata ini akan terbatas melihat? Bukankah telinga ini akan terbatas mendengar?"
"Itukah yang kau takutkan? Sungguh, Abid, Aku tak berharap kau butakan matamu dan kau tulikan telingamu"
"Aku tak ingin berbuat demikian. Tetapi Yang Mulia, beri tahu aku bagaimana agar aku tetap bisa melihat-Mu meski aku jauh"
"Kau ragu?"
"Sama sekali tidak, Yang Mulia. Aku hanya ingin KAU yakinkan aku"
"AKU menggandakannya dengan yang lebih tajam dan ketajamannya melebihi mata dan telinga zohirmu"
"Apakah itu, Yang Mulia?"
"Segumpal daging yang Ku sematkan di dalam dadamu, yang apabila baik, baiklah semuanya. Yang apabila rusak, rusaklah segalanya. Satu lagi. AKU memberimu satu keistimewaan yang Ku letakkan di dalam kepalamu"

Belum. Gundahnya belum redam. Abid masih teramat bimbang dan takut. Terlalu berat untuk berpisah dengan-Nya. Bagaimana nanti jika ia tersesat lalu terjerumus? Siapa yang akan menemaninya melangkah? Dapatkah ia kembali ke tempat yang kini ia nikmati? Lalu di mana ia akan singgah?
"Oh..Tuhan,sejauh apakah negeri yang KAU sebut dunia itu?", keluhnya. Tapi tunggu dulu. DIA bilang, dunia tak selalu ganas. Lihat saja, meski usianya telah renta masih tetap jelita memesona. Keelokannya menyerupai surga. Ladang hijau luas menghampar, laut biru, awan putih, bebungaan indah, merpati putih nan cantik meningkahi angin meniup mesra, dan ah..indah tak terpungkiri. Pantas saja melenakan orang-orang yang mencintainya. Pun terkadang dunia seburuk neraka. Panas, gersang, api bergolak, air meluap kehilangan tempat, gunung-gunung menyembur, dan..jerit tangis itu memilukan sekali. Kasihan manusia. "Tuhan..aku masih belum mengerti, apa istimewanya jika aku diturunkan ke dunia? Tanpa adanya aku di sana pun sepertinya tak berpengaruh. Lalu untuk apa KAU utus aku sedang Sang Utusan itu telah kembali dan tak kan ada lagi sesudahnya. Ataukah hanya untuk merasakan bagaimana panasnya?", lirih.

"Sesungguhnya AKU mengetahui apa yang tidak kau ketahui"
"Oh, Yang Mulia, kumohon ampunan-Mu"
"Kau masih ragu"
"Sungguh, Yang Mulia, aku masih membutuhkan jawaban"
"AKU jadikan sebangsamu pemimpin di dunia, maka ubahlah dengan tanganmu. Jika kau tak mampu, maka dengan lisanmu. Jika kau tak juga mampu, maka ubahlah yang rusak dengan hatimu. Dan sesungguhnya itu selemah-lemahnya kekuatan"
"Pempimpin, Yang Mulia?"
"Engkau yang KU percaya. Semua manusia adalah pemimpin, dan semua pemimpin adalah kepanjangan dari tangan-KU"
"Dunia kejam sekali, dan tugasku menyelamatkan manusia malang itukah?"
"Kejam? Tidakkah kaudengar setiap jeritan dunia yang tertahan dan memohon pada-KU untuk memusnahkan manusia yang telah menggadaikan nuraninya?
----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Resah bimbang. Setiap bertanya pada-Nya selalu menuai pertanyaan kembali. Tak ada habisnya. Pengutusan tinggal beberapa waktu lagi, ia belum yakin. Ada yang mengundang tanya. Kala itu Abid melihat pintu itu tak terbuka meski ada yang datang dan malaikat tak menyambutnya, hanya berkata,"Celakalah orang yang dimurkai dan baumu sangat busuk menembus langit!". Di lain waktu datang orang kedua. Pintu terbuka lebar, malaikat berhambur menyambut dengan senyum suka cita. Kemudian berkata,"Selamat datang, wahai orang yang dicintai. Sungguh wangimu semerbak memenuhi langit".
Heran, mengapa dua sambutan itu begitu berbeda? Apa yang membedakannya? Mereka sama-sama pemimpin di dunia, diberi bekal yang sama, potensi yang sama, asal yang juga sama. Mencoba bertanya pada malaikat, tak ada jawab. Sudah, nanti juga DIA menjelaskan.Dunia..dunia. Apanya yang indah? Kelabunya semakin mengabut. Bagaimana mau cantik? Tiap saat dipoles bedak uranium. Hancur. Ia bertambah ragu.

"Kau tak perlu mempertimbangkan terlalu lama, Abid"
"Tuhanku..bagaimana nanti aku di sana?"
"Akan KU tunjukkan satu hal. Lihatlah!"
Menakjubkan. Ini belum pernah Abid lihat sebelumnya. Dalam satu ruang sempit dan kompleks, air itu mengalir dari tulang shulbi, saling berlomba menjemput kemenangan. Menembus. Menyatu. Menggumpal. Melintasi tiga kegelapan. Melekat di dinding, membesar jadi daging, mengeras jadi tulang. Siang, malam, tak ada beda:gelap.

"Bersiaplah! Di sanalah tugasmu akan bermula"
"Yakinkan aku, Yang Mulia"
"Hatimu akan selau KU genggam"
"..aku takut.."
"Keistimewaan yang KU berikan padamu adalah kemulyaan dan juga pembeda"
"Aku tak ingin berpisah dengan-MU"
"AKU tak pernah memutus hubungan dengan siapa pun, kecuali jika ia menginginkan demikian"
"Dengan siapa aku di sana?"
"Kau tidak sendiri, seorang malaikat bersamamu"
"Apakah dia akan terjaga seperti-MU?"
"Tidak sepenuhnya, karena dia pun sama denganmu"
"..aku takut.."
"Dia akan melindungimu.."
"Aku tak ingin melupakan-MU..'
"Malaikat itu akan selalu mengingatkanmu akan AKU"
"Aku tak ingin tersesat.."
"Dia yang akan menuntunmu. Percayalah!"
"Sepertinya malaikat yang KAU percayakan untukku baik. Tapi..bagaimana jika lupa dan hilang cintaku selama ini?"
"Ketahuilah, dia juga yang akan mengajarimu mencintai-KU dan cintamu padanya tidak lebih dari cintamu untuk-KU"
"Perkenankan aku untuk mengetahuinya, Yang Mulia. Siapakah dia?"





"Ibu"






























at 16 Maret 2009
Oleh. Ratu N Amin

TERDIAM MENDESIR

Aku berdesir.
Menatap mata yang berpuisi
menukik,
tajam mencengkeram..
katanya,
aku mengundang tanya
tapi jawab ku sembunyikan..

Bahasaku diam
tapi hati tak tenteram,
menatap angin
tanya kita bermain
saling kejar..

Aku dipaku waktu
diam
bisu
memejam
ingin,
aku katakan,
"Aku bukanlah Putri-mu"




 at 10 January 2010
Oleh. Ratu N Amin

PANDORA

Aku menyimpanmu dalam kotak pandora
yang isinya sudah penuh oleh air
mata,comberan,ludah,kencing,darah
juga kembang tujuh rupa

apa lagi?
sesajen?
bangkai?

Tenang, semuanya ada
aku tak kan menguncinya
sebab kutahu kau enggan keluar
menemui Mentari
lalu mencumbuinya kembali

tapi rupanya
apatah aku alpa di mana
pandora kusimpan
jatuh pula ke lembah
lebih jauh dari Mariana
aku mencarinya-mu
hingga patah tujuh ruas leherku
melebur bersama air palung

Kepalaku tak sampai dasar
mendapatimu di labirin sunyi
bahkan untuk memastikan kau
masih dalam kotak itu pun
aku kehabisan kata








at 12 January 2010
Oleh. Ratu N Amin

SEBELAS KILO WATT

Aku menyetubuhi samudera
abu-abu yang tak jelas rasanya
tenggelam tidak timbul tidak
lalu dadaku sesak
disundul ikan-ikan bersirip tajam
sudah itu,
menghilang..
tapi bukan halusinasi pesakitan

Hei...
kau yang di langit mendung
rasuklah jiwaku
melalui kepalaku
dengan rinaimu..

jangan lagi kau kirimi aku angin
yang tak pernah sampaikan
secawan air mata itu
untukmu...





at July 2005
Oleh. Ratu N Amin

AKU MEMANGLAH ANGIN

Aku adalah angin.
Angin itu diriku.
Menghembus. Menerpa. Membelai.
Mengejar. Terkejar..
Nyatanya mengejar ketidakpastian.
Nisbi.

Aku adalah angin.
Tak pernah menetap di satu atap.
Menyapa. Singgah. Melayah.
Maka jangan kau heran
ketika ku bertandang..mungkin
kau kan nyaman. Tapi aku kenisbian.
Satu saat tamparan kan kau rasakan.
Kesakitan ?
Bukan tak mungkin.
Ketagihan ?
Mungkin.

Tapi aku ini angin.
Lahir dari primbon kamis pon.
Aku ini angin.
Menghembus. Setitik basah
jadi terhapus. Mampus.
Aku ini angin.
Menghembus. Menembus.
Meniup,kering.
Membuat keretakan bernama
Rindu...




at 25 January 2010
Oleh. Ratu N Amin

DUNIA GILA

Lucu
HaHaHa...
Ha..Ha..Ha..
Ha..
Ha..
Ha..
Ohok..Ohok..
semuanya LUCU !
Ha..Ha..Ha..
:presiden Amerika gila
Presidenku ikut gila
Langit tertawa gila
Bumi terpingkal gila
Pohon joget gila

Hei...Lucu !
Kautahu ?
Supir bus gila
Tukang ojek gila
Lintah darat gila

Ha...Ha...
Hoy...aku lelah tertawa terus
Gara-gara banyak yang gila,
Anjing gila
Sapi gila
Jongos gila
Majikan gila
Guruku gila
Dosen gila
Pegawai gila
Pejabat gila
Anggota DPR gila
Koruptor gila



Aku juga gila..






 at 08 Decenber 2009
Oleh. Ratu N Amin